Bertafakur Bersama Ide

 

Bertafakur Bersama Ide
Kiran Banget ~ Bagi seorang pemimpin, ide adalah nafas keberlansungan. Ia harus dihadirkan pada setiap desah genting kehidupan. Pemimpin yang kekurangan ide, ibarat mahluk hidup yang sekarat Ia hanya menanti waktu untuk menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Ide adalah desah baru bagi napas kehidupan. Kehadirannya pada jeda-jeda genting kehidupan sering menjadi penyambung sebuah keberlangsungan. Di sinilah kualitas seorang pemimpin memasuki ruang ujian. 

Ketika orang lain tak mampu memberikan solusi meski sekedar pendapat, maka seorang pemimpin harus bisa menelurkan dan menetaskan ide. Persis seperti Khalid bin Walid. Di kala ketakberdayaan benar-benar melingkupi pasukan kaum muslimin pada Perang Mu'tah. Di kala para penglima perang yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah saw menemukan syahidnya. Di kala pasukan kaum muslimin benar-benar terjepit, bahkan terancam tak bisa menyelamatkan diri dari usaha pembantaian pasukan Romawi. Di saat itulah Khalid bin Walid memunculkan idenya. Sederhana. Ia membangi pasukannya menjadi empat. Dua didepan dan dua di belakang. Ia memerintahkan pasukannya untuk melakukan penyerangan secara bergantian. Taktik itu membuat pasukan musuh terkecoh. Mereka mengira kaum Muslimin mendapatkan bantuan pasukan baru. Itulah yang membuat pasukan Romawi kelabakan dan harus membiarkan kaum Muslimin selamat dari kekalahan.

Ide mungkin kecil. Seperti ide Qa'qa'a bin Amr yang mengusulkan untuk menembak mata gajah pada Perang Qadisiyah. Sekedar menembak mata gajah dengan tombak. Sederhana. Tapi hasilnya luar biasa. Pasukan gajah pimpinan Rustum, kalang kabut. Binatang itu mengamuk dan menginjak-injak pasukannya sendiri. Ide sederhana itu mengawali kemenangan kaum Muslimin di medan Qadisiyah.

Ide mungkin sederhana. Seperti ide Rasulullah saw pada peristiwa Fathu Mekkah. Malam hari menjelang tiba di pinggiran Mekkah, beliau memerintahkan masing-masing sahabatnya untuk menyalakan dua obor. Ternyata tak hanya berguna sebagai penerangan jalan yang akan dilewati, tapi juga menggetarkan lawan. Dari kejauhan, musuh melihat nyala obor bagitu banyak. Mereka mengira pasukan Nabi begitu besar dan tak mungkin dikalahkan. Ide sederhana itu mengawali kemenangan umat Islam pada Fathu Mekkah.

Ide seperti itu seperti air bagi pohon. Ia tak wajib datang dari sang pemimpin. Ia bisa dihadirkan dari sosok orang-orang sekitarnya. Seperti ide Salman al-Farisi pada Perang Khandaq. Seperti usul Khabbab bin Mundzir pada Perang Badar. Penggalian parit dan penentuan tempat pasukan, bukan ide Rasulullah saw. Beliau hanyalah menggali, mengembangkan dan melaksanakan ide para sahabatnya itu. Itulah sebenarnya tugas pemimpin. Menggali potensi pada setiap apa yang ia miliki, terutama orang-orang yang dipimpinnya.